Searching...

Kesesatan Berpikir yang Sering Kita Alami


Coba Agan dan Sista telaah pernyataan atau argumen rubah diatas, dan bagaimana si bebek gak bisa menjawab argumen terakhir rubah. Di situ rubah berkata suatu hari dia akan merajai rantai makanan, bebek menyanggah bahwa itu gak mungkin. Lalu rubah pun membalikkan dengan pernyataan, "apakah kamu bisa membuktikannya bahwa hal itu tidak akan terjadi?". Nah jelas dong si bebek gak bisa kasih bukti, dan disini bebek terlihat kalah dalam berargumen.

Nah, argumen terakhir rubah disebut "fallacy", atau kesesatan berpikir yang bernama appeal to ignorance. Dimana itu merupakan salah satu bentuk argumen yang buruk dan menyalahi aturan logika. Lalu apa itu fallacy?

Deskripsi

Fallacy atau kesesatan berpikir (bukan berfikir  ) atau sesat pikir atau kesesatan logika, adalah penggunaan penalaran (logika) yang tidak sah atau salah, ketika membangun argumen. Argumen fallacy biasanya dapat tampak kelihatan lebih baik dari pada argumen yang benar, sehingga dapat menipu penerimanya.

Sebagian fallacy dilakukan dengan sengaja untuk memanipulasi atau membujuk dengan cara menipu atau berbohong. Disini pelaku faham bahwa sebenarnya argumennya tidak tepat. Sebagian lagi fallacy dilakukan karena murni "kebodohan" atau keteledoran pemberi argumen dalam penalaran logika. (en.wiki)

Tipe fallacy sebenarnya ada banyak, puluhan. Namun biar judulnya kayak di "on the spot", kita batasi 8 saja yang sering terjadi. Nah, biar gak makin bingung kita masuk kecontoh-contohnya aja dibawah..
--------------------------------------

Fallacy #1 : Strawman

Strawman (orang-orangan sawah) adalah, ketika kamu berargumen, kamu mengemukakan kembali argumen seseorang dengan pengertian yang berbeda (misrepresented) sehingga lebih mudah untuk menyerang argumen dia,

Disini kamu melebih-lebihkan, menyalahartikan, atau bahkan secara total memalsukan argumen seseorang, sehingga lebih mudah untuk membuktikan bahwa pendapat kamu-lah yang rasional atau benar. Dalam strawman, orang yang melakukannya akan jath ke perbuatan perbuatan dusta atau tidak jujur.

Contoh:
Subroto: Hati-hati menyebarkan berita yang berbau provokasi Jang! Apalagi berita dari Si Memet Tipu yang menaruh foto pendemo di berita penjarahan minimarket, padahal TKP nya jauh banget.. masanya juga beda tujuan..
Jangdani: Bro.. Bro.. Masak orang share berita aja gak boleh..

Dalam hal ini Si Jangdani telah melakukan strawan, karena Subroto yang akrab dipanggi bro, tidak pernah berbicara tentang larangan menyebarkan berita. Akan tetapi hanya bicara tentang kehati-hatian dalam menyebarkan berita yang berbau provokasi. Terutama dari media yang terkenal dengan dengan hal tersebut. Tentu berhati-hati menyebarkan berita berbau provokasi berbeda jauh dengan tidak boleh membagikan berita. Jadi argumen Subroto tentang kehati-hatian, dibangkitkan dan dibelokkan menjadi larangan menyebar berita (misrepresented).

https://yourlogicalfallacyis.com/strawman
--------------------------------------

Fallacy #2: Black or White

Juga dikenal dengan nama false dilema, disini pelaku hanya meberikan dua alternatif pilihan saja, padahal sebenarnya ada pilihan lain. Nah, kalau kamu bermental labil seperti anak kekinian, mungkin kamu akan galau setengah mati memilihnya. Seolah-olah dunia ini sempit, dan hanya ada dua pilihan. Padahal itu hanya sebuah kesesatan berfikir yang tak perlu diikuti.

Contoh:
Jono: Math, udah lah.. gak usah mencela dibelakang Si Budi terus.. Gitu-gitu, dia kan saudara kandung elu juga..
Memed: Eh Jhon.. Jadi elu ngebela dia ya!! Dia kan udah buat salah sama gue.. !!

Padahal bisa jadi Jono melarang Memed untuk mencela Budi itu karena beralasan bahwa mencela itu tidak ada manfaatnya dan hanya buang-buang tenaga. Memilih menasihati langsung atau mendoakannya tentu lebih bermanfaat. Apalagi dalam keyakinan mereka, ghibah itu bak memakan bangkai saudaranya. Bukan karena Jono membela Budi.

Pelontar argumen black or white, membuat dalam situasi tersebut seolah hanya ada dua kubu: Kalau kalian tidak bersama kami, berarti kalian bersama mereka (Either you with us, or you with enemy). Atau kalau di forum-forum Berita Politik yang biasanya penuh dengan berita Hoax, SARA dan provokatif. Mereka membuat istilah, jika kamu bukan Panastak berarti kamu adalah Panasbung.

Contoh fiktif lain:
- Lebih baik tatoan gak pakai narkoba, dari pada gak tatoan pakai narkoba. Kamu sucih aku penuh dosah  
- Lebih baik bicara kasar dan kotor seperti maaf, taiik, tapi (terlihat) jujur. Daripada sopan tapi berbohong.
- Lebih baik berpakaian terbuka tapi gak korupsi daripada berpakaian tertutup tapi korupsi.
- Lebih baik jarang ke rumah ibadah tapi peduli sesama. Daripada rajin ke rumah ibadah tapi gak peduli sesama.

Nah, lihatkan.. Si pemberi argumen membuat seolah-olah dunia ini sempit dan hanya ada dua alternatif pilihan. Terakhir coba pilih, mending nikah sama yang ganteng tapi miskin, atau jelek tapi kaya ayo.. ? Ane mah ogah dua-duanya, soalnya ane bukan maho 


https://yourlogicalfallacyis.com/black-or-white
--------------------------------------

Fallacy #3: Anecdotal Evidence

Anecdotal atau anecdotal evidence. Disini kamu lebih memilih menggunakan pengalaman pribadi atau contoh yang sifatnya tertutup, daripada mengemukakan argumen yang valid.

Sering sekali orang lebih mudah percaya pada testimoni seseorang daripada data hasil penelitian yang terkesan lebih kompleks. Nah hal ini sering ditemukan di kehidupan dunia maya, dimana akun-akun fiktif buzzer, baik itu politik atau jualan online, betebaran bak sampah yang berserakan. Dengan akun fiktifnya, mereka dapat mengarang testimoni begini dan begitu. Testimoni ini, baik itu fakta atau fiktif, tentu saja dimaksudkan untuk menggiring orang kepada opini tertentu sesuai moral cerita. Mirisnya banyak orang yang percaya dengan mudah hal seperti ini.

Contoh:
1. "Tetangga ane udah kakek-kakek ngerokok dari anak-anak, masih sehat wal afiat Bray.." Kasus nyata fallacy ini bisa kamu temukan dengan mudah di thread satire mengenai rokok yang menarik disini.

2. "Teman akuh yah.. Si Ani itu loh, jilbabnya lebuarr banget jeng.. tapi mulutnya itu loch.. kasar dan gak ada remnya..Seharusnya kan mulutnya dulu ya jeng yang dijilbabin kan jeng.."

3. Dengan menggunakan seragam Madrid, "Saya Madridista (pendukung sejati Real Madrid), namun di El Clasico saya pilih Barca!"

Pada contoh pertama, doi ingin menggiring orang kepada opini bahwa merokok itu tidak selalu berbahaya. Doi mencoba melawan penelitian ilmiah, survey, dan data-data lain dengan testimoni cerita tetangga.

Pada contoh kedua, doi ingin menggiring pada opini bahwa ternyata jilbab sesuai tuntunan yang tepat itu, seringkali hanya penampilan luar saja.

Pada contoh ketiga, doi ingin menggiring opini, bahwa bukan hal tercela fans sejati Real Madrid memilih Barcelona untuk menang dalam pertandingan El Clasico.

Tapi bukan berarti semua pengakuan atau testimoni itu merupakan anecdotal evidence ya.. Selama hal itu tidak bertentangan dengan fakta yang lebih umum dan jelas, seperti penelitian, data valid hasil survey, dan pemberi kesaksian dapat di telusuri riwayatnya.
https://yourlogicalfallacyis.com/anecdotal
--------------------------------------


Fallacy #4: Appeal to Emotion

Kamu lebih suka memanfaatkan respon emosional dari lawan diskusi daripada mengemukakan argumen yang valid. Emosi manusia mencakup banyak hal mulai dari rasa iba/kasihan, cinta, takut, benci, bangga, rasa bersalah, marah, dan lain-lain.

Contoh Fiktif:
A: "Berdasarkan Perda dan norma masyarakat yang berlaku sejak lama di daerah tersebut. Warteg Ibu itu harus ditutup sementara, sebagaimana warteg lainnya yang telah tutup dengan sukarela."
B: "Apakah kamu tidak kasihan kepada ibu tersebut, ibu itu sudah tua, mukanya juga "innoncent" banget, mau makan apa nanti keluarganya?"

Di sini, B ingin menyanggah alasan A dengan memanfaatkan emosi A, yaitu rasa bersalah perihal nasib ibu warteg, bukan dengan memaparkan kekeliruan argumen A atau memberikan argumen lain yang membantah pendapat A.

https://yourlogicalfallacyis.com/anecdotal
--------------------------------------


Fallacy #5: Ad Hominem

Ini salah satu fallacy yang paling sering terjadi, dan fallacy ini banyak menurunkan jenis fallacy lain. Kamu menolak sebuah argumen bukan karena isi argumennya, melainkan dari sisi personal orang yang membawa argumen itu. Padahal seharusnya benar dan salah argumen bergantung pada isi agumen tersebut, terlepas dari siapa yang mengatakannya. Kalau kata anak gaul itu, kill the messenger. Rumusnya:

1. Person A makes claim X.
2. Person B makes an attack on person A.
3. Therefore A's claim is false.

Contoh: 
Tokoh masyarakat A angkat bicara tentang kasus tertentu yang melibatkan tokokh politik H. Argumen yang disampaikan sangat kuat dan berdasar, karena itu memang merupakan bidang keilmuan Tokoh A, dan kredibilitas tokoh A pada bidang ini memang teruji. Akhirnya banyak para penyimak yang setuju dan yakin akan apa yang disampaikannya.

Alih-alih membantah argumen Aa', kubu seberang malah menyerang sisi personal Tokoh A, "Eh, ini yang kemaren ribut sama istrinya ya kan?!" "Eh, ini yang kimpoi lagi kan?!" "Urus saja keluarganya A'.."

Note: Perlu diperhatikan bahwa tidak semua bentuk "mempertanyakan personal" dari pihak yang berargumen dapat dihukumi ad hominem. Ada yang namanya otoritas dalam suatu bidang ilmu tertentu, yang menjadi pertimbangan apakah pendapat seseorang dapat dipertimbangkan atau tidak, di luar substansi (isi) argumen. Misalnya, orang yang tidak pernah mempelajari suatu bidang ilmu namun berbicara tentang itu. Insinyur berbicara tentang kedokteran atau sebaliknya, dsb. Sebagaimana perkataan Ibnu Hajar:
"Barangsiapa yang berkomentar sesuatu yang bukan bidangnya, pasti akan membawa banyak keanehan."
Ad hominem terjadi jika sebuah argumen itu benar, namun ditolak dengan cara menyerang karakter personal pembawa argumen.

https://yourlogicalfallacyis.com/ad-hominem
--------------------------------------


Logical Fallacy #6: Guilt by Association


Biasa juga hanya disebut association fallacy, merupakan turunan dari ad-hominem. Dimana objek argumen dianggap ikut "bersalah" karena asosiasi atau kesamaan tertentu.

Contohnya:
- X adalah kelompok yang menuntut penegakan hukum kasus Z. X sering melakukan tindakan anarkis dan sering dikaitkan dengan masa bayaran.
- Y juga menuntut penegakan hukum kasus Z. 
Kesimpulan: Y juga anarkis dan ada kaitan dengan masa bayaran.

Contoh lain:
Saudi bekerjasama dengan Amerika dalam beberapa hal. Amerika bekerja sama dengan Israel dalam banyak hal. Fixed sudah, Saudi antek Israel !!

Contoh di atas juga bisa digolongan sebagai fallacy of hasty generalization alias generalisasi yang terburu-buru.
--------------------------------------



Fallacy #7: Tu Quoque

Tu Quoque (dibaca:tu-kuo-kwi), biasa juga disebut appeal to hypocrisy. Diisini kamu menghindari kritik dengan membalikkan kritik tersebut kepada pengkritik. Dengan kata lain, ente menjawab kritik dengan kritikan balik.

Secara harfiah diterjemahkan sebagai 'Kamu juga!'. Kesalahan ini umum digunakan sebagai pengalihan yang efektif karena mengubah tertuduh yang harusnya membela diri menjadi fokus ke penuduh sendiri.

"Ente pun waktu itu juga Gan!". Cara ini merupakan taktik efektif menghindari menjawab argumen orang lain berupa kritik - dengan memutar tuduhannya kembali kepada penuduh, sehingga tertuduh tidak perlu menjawab tuduhan itu. 

Contoh:
A: "Sabarlah kalau menghadapi anak.."
B: "Jangan nasehatin sabar kalau kamu sendiri saja baru kemarin marahin anakmu"

Padahal nasehatnya benar, anjuran untuk bersabar. Tapi ditolak karena yang menasehati dianggap tidak konsekuen dengan nasehatnya sendiri. Ini sebuah kesalahan.

Contoh lain:
Cepi: "Jangan merokok lah..Gak baik buat kesehatan"
Dudi: "Gak usah jauh2 ke saya deh, lha itu bapakmu masih merokok, kok tidak kau nasehati?"
Dudi menolak nasehat Cepi dengan cara mengkritik balik sehingga gantian Cepi yang menjadi pihak yang harus menjawab.

Contoh lain:
"Kenapa cuman perkataan Pak Anu yang dipermasalahkan dan dilaporkan polisi? Nah itu kemaren ada yang ngelakuin begini dan begitu gak dilaporin.. Terus nanti tiap orang yang ngomgong kayak Pak Anu dikasukan gitu? Bakal penuh penjara Jon..

https://yourlogicalfallacyis.com/tu-quoque

--------------------------------------

Fallacy #8 : Pos Hoc

Pos Hoc alias false cause dan biasa juga disebut dengan nama alias lainnya. Yaitu kesalahan logika dimana kamu menganggap suatu kejadian merupakan hasil dari kejadian lain, hanya karena peristiwa itu ada korelasinya, terjadi bersamaan, atau berurutan. Pendeknya, kamu menganggap korelasi berarti penyebab. Rumusnya:

1. A occurs before B.
2. Therefore A is the cause of B.
"Misalnya", terjadi aksi demo berujung ricuh di tempat A. Lalu setelah itu di tempat B, terjadi kerusuhan dan penjarahan minimarket. Lalu ada media yang entah maaf "bodoh", atau sengaja untuk menipu, mengaitkan aksi demo ditempat A, dengan penjarahan di tempat B. Dengan meletakkan gambar pendemo A di berita B. Akhirnya pembaca pun terkena "false cause", ada yang tidak sadar, dan ada yang sadar terkena false cause, namun tak peduli. Yang pentik aku senang!

Meskipun ane pribadi gak setuju yang namanya demo (sorry oot dikit), dan beberapa demo memang berujung hilangnya harta bahkan nyawa. Namun penggiringan opini publik yang berakhir "false cause" tingkat anak SD seperti di atas, adalah hal yang memuakkan, apalagi "misalnya" dilakukan sekelas portal berita nasional, baik memang disengaja (untuk menipu publik) atau tidak (karena kebodohan). "Misalnya" loh ini ya.. 

Terkadang kita memang ingin menyimpulkan sebab akibat sesuai keinginan kita. Namun jangan sampai keinginan ini membuat kita buta akan fakta sebenarnya. Yang benar adalah, ketika ingin menyimpulkan hubungan sebab akibat dari dua hal, hendaknya dengan sesuatu yang bisa dipegang secara pasti, baik itu dengan bukti ataupun dengan metode eksperimen yang bisa diterima secara akademis.

https://yourlogicalfallacyis.com/false-cause



Dikutip Dari:
https://www.kaskus.co.id/thread/581ed6c79e740412168b4572/7-kesesatan-berfikir-yang-sering-kita-alami/20


 
Back to top!